Kamis, 18 September 2014

AKU (My lovely treasure)

Sjuman-djaya-chairil-Anwar
My lovely  treasure
       Teman...masih ingat kan sama buku ini?..Jika kau salah satu pengagum film Ada Apa Dengan Cinta (AADC), maka kau pasti akan sangat mengingatnya. Sejak tahun 2002 buku ini menjadi buku idamanku. Aku harus punya. Ini semua gegara si Rangga (Nicholas saputra) yang cool bingits pas baca buku ini. Ditambah lagi dengan si Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang bela2in gak tidur untuk baca ini buku. Hmmm....bener2 seperti racun. Aku mencarinya kemana-mana sampai ke pasar buku Kwitang (teman masih ingat kan adegan nge-date si Rangga sama Cinta di pasar buku Kwitang?...ahh,,,itu gaya nge-date idamanku...kebayang kan serunya...ups..mulai eror..sory). Dan aku menemukannya 22 maret 2012. Bukan di Kwitang jakarta yang jauh bingits dari Lombok melainkan di toko buku kecil di Jln. Airlangga, kota Mataram. Itu seperti mimpi saja rasanya.
"Ema...aku tadi melihat buku AKU di toko buku kecil di Jln. Airlangga". Temanku tergopoh-gopoh menghampiriku.
"Dimana?". Air mataku hampir keluar saking bahagianya (Ahh..lebay).
"Ada satu toko buku kecil". 
Tanpa berfikir panjang, aku sudah melaju bersama motorku. Sesampainya di toko buku itu, aku obrak abrik semua buku yang berdebu. Toko buku ini memang kecil dan sepertinya tak banyak pengunjung. 
"Mbak, dimana buku AKU karya Sjuman Djaya?". Aku sudah tak sabar mencari.
"G tau mbak, cari saja disana". 
"Oh my God, ini toko buku  apaan sih?". Aku membatin.
Setelah semua buku aku lihat, akhirnya  aku menemukan buku itu terselip di antara buku yang berdebu. Hmmm....itu seperti menemukan berlian saja rasanya. Bayangkan teman,,,setelah sepuluh tahun aku mencarinya, akhirnya aku bertemu dengannya. Seperti menemukan kekasih lama (padahal aku tak tau rasanya punya kekasih..haha). 

         Ok teman..hari ini aku akan ceritakan buku ini padamu. Just for you, temanku yang mencintai sastra dan puisi. Banyak orang yang mengira buku ini adalah karya Chairil Anwar. Bukan teman, yang karyanya Chairil Anwar adalah puisi yang judulnya AKU. Buku AKU adalah buku yang berisi skenario film perjalanan hidup Chairil Anwar. Skenario itu ditulis oleh sutradara kece yang langganan piala citra yaitu Sjuman Djaya. Tapi sayang sekali skenario ini tidak jadi dibuat menjadi film dan akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku. Buku ini pertama kali terbit tahun 1987 (aku belum lahir), dan cetakan kedua tahun 2003.

      Buku ini benar2 magnet bagi pecinta sastra. Dari awal hingga akhir, kata2 yang digunakan bagai racun bagiku. Ahhh,,,,aku selalu mudah terpesona oleh kata2 dengan jenis seperti ini. Bagai sihir saja teman. Di halaman pertama saja aku sudah berdecak kagum. Coba deh teman2 resapi kalimat ini, "Bom atom pertama meledak di kota Hiroshima. Langit berselaput awan cendawan berbisa. Ketika memburai awan ini, bumi laksana ditimpa hujan salju yang ganas. Gedung-gedung beton runtuh. Aspal-aspal jalan terbakar menyala. Bumi retak-retak berdebu, di segala penjuru. Dan beribu tubuh manusia meleleh, tewas atau terluka."
Ahh....penggambaran suasana dengan kata-kata yang membuatku berdecak kagum. (One day. aku akan bisa. Amin). Hmmm,,,aku lanjutin ya biar kau juga tertarik untuk baca dan memiliki bukunya teman.hehe.
"Seekor kuda paling binal, berbulu putih dan rambut kuduk tergerai, berlari di pusat kota, Jakarta!. Tidak peduli pada yang ada, sekelilingnya, juga tidak pada manusia. Dia meringkik alangkah dahsyatnya, menapak dan menyepak alangkah merdekanya. Dunia ini, seolah hanya menjadi miliknya!. Dan seolah ia bicara:
Kalau sampai waktuku
kumau tak seorang kan merayu
tidak juga kau
tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang"
   
        Buku yang sebenarnya skenario ini menceritakan perjalanan hidup Chairil Anwar sejak kecil. Ngebaca ini membuat aku sedih. Chairil kecil biasa melihat orang tuanya bertengkar. Ia sangat dekat dengan neneknya karena kesanalah ia pergi saat orang tuanya bertengkar. Ayahnya menikah lagi, lantas ia ikut dengan ibunya. Dalam buku ini digambarkan seorang chairil dengan mata merah dan tubuh sangat kurus. Ia sangat rajin membaca. Buku2nya berserakan di meja, di lemari, di kasur, dan dimana-mana. Ia bahkan sampai mencuri buku untuk memenuhi keinginannya membaca. Ahhh,,,,betapa ia digambarkan sebagai seseorang yang hidup bersama buku. Berjalanpun sambil membaca buku. Bahkan, ketika bersama seorang perempuan-pun ia sibuk membacakan perempuan itu syair. Hmmmm....aku terpikat.(Semoga Tuhan sisakan satu lelaki puitis dan rajin membaca untukku..haha).


  Bukan kematian benar menusuk kalbu
Kerelaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
dan duka maha tuang bertahta!
Rumahku dari unggun timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senja kala
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku dari unggun timbun sajak
Disini aku berbini dan beranak

      Puisi inilah yang membuat Chairil dilirik publik. Puisi ini dibuat saat ia mendengar kabar kematian neneknya di Medan. Ia sangat berduka. Chairil menjadi banyak bertemu dengan penyair lainnya. Ia benar-benar memiliki jiwa pemberontak. Ia apa adanya. Pribadi yang bebas dan merdeka. Bebas dari segala aturan. Di kisahkan Chairil di tangkap oleh tentara Jepang. Ia disiksa, tapi tetap saja tidak mau tunduk. Ia benar2 pemberontak sejati.

         Salah satu sifat yang ditonjolkan dalam buku ini adalah begitu mudahnya Chairil terpikat pada seorang perempuan. Ia adalah perayu yang ulung. Dan dia begitu pandai memikat perempuan dengan kata-katanya.( Hmmmm....part yang ini aku kurang suka deh,,hehe). Dan yang paling membuatku terheran adalah pertemuannya dengan hapsah. Chairil hanya melihatnya sekali, dan keesokan harinya ia langsung melamar Hapsah. Hari itu langsung akad nikah. Dan yang paling romantis adalah ketika selesai akad nikah, ia langsung pergi memetik bunga teratai untuk istrinya. (Gak kebayang, seorang suami baru selesai ijab qabul langsung pergi petikkan bunga..Wow..Idenya keren buat di contek..hehe). Tapi sayang sekali mereka bercerai. Dan aku paling kasihan sama anaknya. Anak yang sulit bisa berjalan. Hiks.

        Dan part yang paling aku suka dari seorang Chairil adalah sifat pemberotaknya. Dia mengikuti kongres pemuda pertama di Yogyakarta yang malah dilanjutkan dengan peperangan ke Surabaya. Yaps..kisah ini ketika tentara jepang dan tentara sekutu ingin kembali menjajah Indonesia. Masih ingat kan kisah perang mempertahankan kemerdekaan di bawah presiden Soekarno. Lantas perang yang di Karawang. Disini kita bisa melihat peran para penyair dan seniman di masa perjuangan. Mereka berjuang dengan kata-kata dan karya mereka.Aku suka sekali dengan cara mereka mengungkapkan kekritisannya. So...kalau di zaman sekarang kita cuma buat karya yang jauh dari analisis sosial masyarakat or hanya ungkapan rasa (baca galau), kita kayaknya perlu lebih banyak membaca kisah para sastrawan di zaman perang. Hmmmm...serius ceritanya ni...:).


Kami yang kini terbaring antara Karawang Bekasi
Tidak bisa teriak "merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegak hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa
Memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk
kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
kaulah yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Terukan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara karawang dan Bekasi

Part yang paling menyedihkan bagiku adalah saat akhir hidupnya. Chairil hidup dalam kesendirian melawan rasa sakit. Oh my God,,,aku bisa membayangkan betapa ia sangat kuat menghadapi sepi. Ahhh,,,,dia lelaki keras kepala. Padahal teman-temannya sudah menyuruhnya untuk ke dokter. Dan di akhir hidupnya, ia kembali menemukan bayangan Ida. Perempuan yang paling ia cintai meski hidupnya tak pernah sepi dari perempuan. 
Kau ingat kan teman, part yang paling di sukai oleh Cinta dan Rangga?..Yaps saat Chairil berjalan di pasir bersama bayang Ida di sampingnya. Lantas Chairil berucap, "bukan maksudku mau berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing". Sungguh aku tak mau melepas buku ini sebelum menemukan part ini.
So....selamat membaca ya teman...:)








6 komentar

saya buka blog kak em pake komputer kantor, si unyu2 nongol :(

hwaaaa, kak em bener2 terpesona pake banget dengan buku ini...

haha..si unyu menyapa luluc yg unyu..
bknx luc dh bca pas d kos k em tu?

saya di daerah jogja, masih adakah yang menjual buku ini? kalo ada minta info ya :)

Permisi, maaf, mbak punya buku ini ? Kebetulan saya baru membelinya, namun halaman 20 buku ini nggak ada :( mungkin mbak berkenan membantu ?

hehe...apa yg bs sy bantu mbak?..ada hal 20 di buku punya sy..:)