Pagi yang berkabut |
Aku
ingat masa kecilku saat melewati jalan ini bersama ibu. Dulu daerah ini
dipenuhi hutan. Aku masih ingat, ada seekor monyet menggendong anaknya
sambil memanjat pohon. Aku takut saat monyet itu menatap kami.
Menggenggam tangan ibu dengan jemari kecilku. Mungkin usiaku sekitar
tiga tahun saat itu. Dan kini, semua orang mengenal daerah ini. Tanjung
Aan, bukit mereseq, batu payung dan pantai yang dulu ditutupi hutan
pandan kini selalu ramai wisatawan. Ahhh..betapa waktu telah merubah
banyak hal.
Pagi itu, aku sangat ingin menikmati sunrise di bukit mereseq. Sekitar jam enam pagi aku berangkat dari rumah nenek. Memilih bernostalgia dengan mengambil jalan tanah di samping bukit, aku merasa seperti kembali ke masa kecil dulu. Aku lahir dan besar di wilayah ini. Dulunya rumah nenekku sekitar 500 meter dari pantai Aan. Akan tetapi, semua tanah sudah terjual kini kecuali tanah bukit tempat makam kakek.
Tanjung Aan masih sangat sepi detik itu. Aku menuju ujung pantai dan menaiki bukit mereseq sambil menikmati udara segar. Ada kebahagiaan yang menyeruak di dalam dadaku. Betapa indah tanah kelahiranku. Laut, pantai, bukit, karang, semua seolah menyuguhkan kata yang sama "welcome home, ema".
feel free |
Langit ditutupi awan tebal. Ahhh,,,seolah mentari enggan menunjukkan keperkasaannya kepada bumi. Angin dingin membelai pipiku, membuatku semakin dipenuhi bahagia. Aku suka menikmatinya dalam sepi, dalam hening, dalam diam, hanya berteman debur ombak samudera.
keep silent |
fly without wing |
#Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
2 komentar
Cakeep. Kalo ke Lombok lagi wajib ke sini nih ;)
iya....k em suka sekali bukit ini..:)