Sabtu, 10 Januari 2015

Lombok island: Adat Merariq, Bukan Sekedar Nyongkolan.

si Unyu lagi mendakin..he

    Suku sasak tidak hanya terkenal dengan pelecing kangkungnya yang super pedas, tapi juga terkenal dengan keunikan adat pernikahannya. Mungkin teman-teman pernah medengar istilah merariq atau kawin lari. Yaps...kali ini aku mau menceritakan tentang adat merariq. Sebenarnya tulisan ini di dasari oleh pergeseran pemahaman tentang adat merariq di kalangan masyarakat. Banyak yang mengira dan menilai bahwa adat merariq hanya sekedar nyongkolan, padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu. Nyongkolan adalah rangkaian akhir dari acara adat merariq yang sebenarnya.

       Ok teman kita mulai cerita panjang ini, hehe. Aku berharap kau tidak akan bosan mendengar ceritaku kali ini. Aku adalah orang sasak yang lahir dan dibesarkan dalam nuansa adat yang sangat kental, jadi apa yang akan kuceritakan ini berasal dari apa yang aku lihat sendiri. (Keluarga kamu jadul donk ema?..haha..bisa dikatakan seperti itu). Adat merariq di bagi menjadi dua, ada yang merariq karena pihak perempuannya di paksa. Ini seperti drama penculikan tapi di dunia nyata. Merariq seperti ini di sebut ngoros. Jadi dalam adat sasak, jika seorang laki-laki menyukai seorang gadis, ia boleh melarikannya dengan paksa. Dalam kasus ini, jika keluarga gadis tidak setuju maka bisa menjemput anaknya kembali atau isilah adatnya nge-belas. Dan apabila penculikan itu dilakukan siang hari maka pihak laki-laki akan mendapat denda sesuai hukum adat. Inilah kenapa gadis sasak tidak boleh keluyuran pada malam hari. Kisah seperti ini masih aku temukan pada saat kecil dulu karena salah seorang bibiku pernah di oros dan di belas. (Kasus yang seperti ini memang cukup mengerikan, tapi di zaman modern saat ini sudah tidak ditemukan lagi).

      Merariq juga bisa karena adanya persetujuan kedua belah pihak. Si laki-laki dan perempuan sudah saling menyukai. Tapi merariq harus di lakukan pada malam hari dan tanpa sepengetahuan keluarga si gadis. Lelaki membawa gadis ke rumah keluarganya, dan mulailah rangkaian panjang adat pernikahan suku sasak.

1. Mangan Merangkat.

      Sesampainya si gadis di rumah laki-laki, keluarga laki-laki akan langsung membuat acara makan-makan. Jam berapapun itu ia sampai, barulah acara potong ayam dan masak-masak di mulai. Acara ini disebut dengan acara mangan merangkat. Aku selalu suka acara ini karena kita bisa seru-seruan makan ayam panggang malam hari. hehe...Yang unik dari acara ini adalah, calon pengantin dibuatkan satu nampan khusus yang disebut dulang. Calon pengantin perempuan harus membuka dan memakan telur rebus yang ada di nampan tersebut. Lucu ngelihat acara ini karena biasanya si gadis masih malu-malu. (Cieeee..yang udah jadi calon pengantin.haha).

2. Nyelabar.

      Keesokan harinya, keluarga dari pihak laki-laki pergi ke rumah si gadis untuk mengabarkan bahwa anaknya selamat dan tidak apa-apa. Dalam prosesi ini dilakukan oleh dua orang laki-laki dengan menggunakan pakaian adat sasak. Prosesi ini disebut nyelabar yang maknanya memberi kabar kepada orang tua gadis.

3. Bait Wali

        Keluarga laki-laki datang kembali ke rumah si gadis untuk meminta orang tua pihak gadis sebagai wali dalam akad nikah. (Kebayang kan..udah dua hari di rumah cowok tapi belum akad..haha). Dalam prosesi ini disepakati apa yang disebut pesuke berupa sejumlah uang. Jumlah uang pesuke tergantung daerah dan orang tua gadis. Ada yang jumlahnya puluhan juta tapi ada juga yang cuma ratusan ribu bahkan tidak ada sama sekali. (Untuk yang satu ini..daerah di rumahku gak pernah minta banyak...untung deh...hehe).

4. Akad Nikah

         Akad nikah di lakukan di rumah lelaki. Dari pihak perempuan yang hadir hanya walinya saja. Inilah anehnya adat satu ini, padahal kan sebagai perempuan kita pengen pas akad nikah dihadiri ibu dan keluarga lainnya. Dalam acara ini dihadiri oleh semua penduduk kampung laki-laki. Acara makan-makan lagi deh (bisa tekor sebelum resepsi ini mah..haha). Setelah akad nikah, barulah persiapan untuk resepsi dimulai. Baru mulai buat jajan-jajan tradisional dan segala macam keperluan. Aku masih ingat waktu pamanku menikah, jajan tradisional yang dibuat ada satu lumbung. Dan selama proses persiapan inilah teman-teman dari gadis boleh datang mengunjungi. Biasanya membawakan keperluan sehari-hari karena pengantin perempuan tidak boleh kemana-mana. (Gak bisa shopping deh..belanja ke pasar maksudku,,wew).

5. Jelo baraq

       Setelah persiapan dirasa matang, tibalah waktunya menyampaikan undangan kepada para kerabat. Prosesi ini masih berlaku di kampungku. Undangan tidak terbuat dari kertas seperti undangan umumnya. Undangannya unik terbuat dari daun pisang yang diisi daun sirih, pinang, kapur, tembakau, dan rokok. (Teman-teman bayangin aja ya..undangan aneh yang membuat salah seorang temanku tertawa saat aku ceritakan.hehe). Ada dua orang yang diutus untuk menyampaikan undangan tersebut. Seorang laki-laki dan seorang perempuan. Bunyi undangan yang disampaikan adalah " Aku di utus oleh keluarga si A untuk mengundangmu hadir dalam acara pernikahan anaknya yang bernama si B. Mereka mengundangmu dari besok hingga lusa". Perlu di ketahui bahwa acara resepsi pernikahan adat sasak dilakukan selama dua hari. (bisa tekor kan?..haha).

6. Jelo Jait

           Hari pertama resepsi disebut jelo jait. Di hari ini para keluarga mulai berdatangan. Di hari ini ada prosesi yang disebut atong sedau. Prosesi ini adalah pengantaran bahan pokok berupa beras, lauk pauk, bumbu, jajan tradisional ke rumah pihak pengantin perempuan. Perlu diketahui, di rumah perempuan juga dilakukan resepsi selama dua hari yang di hadiri keluarga dari pihak perempuan. Jadi dua resepsi tersebut terisah. Acara di laki-laki disebut nanggep dan acara di perempuan disebut ngadep. (Tekor gila2an kan?..hahaha).

        Pada malam hari ada yang disebut tangi. Dalam acara ini para cowok dan cewek bertemu. Jiahhhh...kayak ngapel masal gitu lho. Mereka duduk di teras, duduknya dengan jarak lumayan jauh dan dengan pengawasan orang tua. Acara ini sudah mulai hilang karena zaman sekarang ketemu pacar di fb dan WA (bagi yang punya pacar..haha..bagi aku yang jomblo mah sama aja..wew). Aku masih ingat, waktu aku kecil aku suka melihat orang tangi karena ada namanya bejambek. Laki-laki membawa jajan dan minuman untuk gadis. Momen bahagia buat kita yang kecil, bisa dapat sebakul jajan dan sepeti minuman. (pulang2 bisa buka warung..haha).  Pada malam ini juga biasanya kita bisa menonton pagelaran wayang orang atau sekedar mendengar orang membawa tembang sasak.

7. Jelo Gawe
        
      Hari kedua adalah prosesi puncak dari rangkaian adat merariq. Di hari inilah dilakukan sorong serah aji kerame atau sorong doe yang di lakukan pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan. Aku pernah menulis tenang acara ini di postingan sebelumnya. Teman-teman bisa baca disini. Dan dalam adat sasak prosesi ini jauh lebih penting daripada nyongkolan. Karena orang nyongkolan tidak akan diterima oleh keluarga perempuan jika sorong serah belum selesai.

     Nyongkolan menjadi rangkaian penutup. Acara nyongkolan merupakan moment pertama bagi pengantin perempuan datang ke rumahnya setelah diculik. Arak-arakan pengantin laki-laki dan perempuan diiringi gendang beleq. Jadi perlu aku luruskan, dalam adat sasak tidak ada istilah joget-joget tidak karuan di jalanan seperti yang sering kita lihat saat ini. Kecimol atau musik dengan lagu dangdut dan joget gila pada acara nyongkolan ada setelah zaman mulai modern. Aku sedih kalau melihat hal tersebut karena terjadi kesalahan pemahaman bagi orang luar Lombok yang melihat. Banyak yang mengira bahwa itu adalah bagian dari adat suku sasak padahal tidak sama sekali.

      Rombongan orang nyongkolan di sambut oleh pihak perempuan. Prosesi penyambutan itu disebut mendakin. Sesampainya di rumah perempuan, kedua pengantin harus mencuci kakinya di air yang telah disediakan. Setelah itu baru mereka boleh masuk ke dalam rumah pengantin perempuan untuk menemui orang tua.

8. Bait Doe dan Perebaq Jangkih
       
       Keesokan harinya, keluarga laki-laki bersilaturrahim kembali ke rumah perempuan. Mereka mengambil barang-barang tertentu yang ditinggalkan pada saat sorong serah. Dan berakhirlah rangkaian panjang dari adat merariq. Saatnya memabngun rumah tangga yang bahagia..hehe. (Semoga tidak tersisa banyak hutang..wew). Untuk desa yang masih memberlakukan sistem banjar, prosesi ini tidak terlalu memberatkan. Apa dan bagaimana sistem banjar?. InsyaAllah akan kuceritakan padamu di lain waktu..hehe.
          


         

       


     



   

2 komentar

Waktu aku ke Sade, aku juga dapet cerita tentang merariq ini dari Pak Jali, guide yang mengantar aku berkeliling Sade. Unik dan menarik ya :)