Jumat, 07 Juni 2013

Serba serbi adat sasak..(edisi punya orang tua sasak beuddd)

Bijak menyikapi..itulah yang harus kita lakukan.
Ketika menyampaikan pendapat atau keinginan kita kepada orang tua tercinta.

Teman,,kali ini aku akan menceritakan salah satu adat sasak. Adat yang masih dipegang teguh oleh orang tuaku. Until this time..hmmm.

Suatu ketika, saat aku SMA aku mengatakan pada inaq (ibu red).."Inaq..nanti klo ema nikah, ema gak mau nyongkolan".
sontak inaqku ngomel sejadi-jadinya.
"Siapa yang ajarin kamu kayak gitu? kamu mau dibilang gak punya adat?. mau kamu dibenci oleh semua orang kampung?.bla..bla..bla..".



Kalau sudah begini, lebih baik aku diam saja. Inaqku memang sangat kental membawa adat sasaknya. Aku heran, padahal adat itu yang membuat inaq dibuang oleh keluarganya selama setahun lebih. Dibuang hanya karena menikah dengan yang bukan se-kasta. Ayahku lebih rendah kastax kalo dilihat dari adat sasak.

kalo sudah tak sependapat dengan inaq, aku pasti akan lari ke ayahku. Hmmm, beliau lebih calm soalnya.he...love u ayah..
"Yah...boleh kan ema gak nyongkolan?"..Aku biasa manja pada ayahku.
"Hmmm,,,boleh". Beliau tersenyum.
"Horreeee".
Terdengar dari ruang sebelah inaq berkomentar." Terus dah ikutin maunya ema".
"Beneran boleh kan yah?". Aku meminta penegasan dari ayahku.
"Boleh gak nyongkolan, tapi harus sorong serah". Kata ayahku
"Hmmm...kenapa harus?".
"Karena itu adat sasak yang harus di pertahankan. budaya adat jangan di lupakan. Jangan dihilangkan selama tidak bertentangan dengan agama". Ayahku menjelaskan.
"Kalo nyongkol kan boleh enggak kata ayah". Aku agak kecewa.
"Kalo nyongkol, ayah juga gak suka soalnya sudah banyak yang menyimpang".
"Ohhh gitu".

         Surung serah aji krame adalah prosesi adat dalam pernikahan sasak. Ada penyurung dari pihak laki-laki dan ada pengadap dari pihak perempuan. Prosesi adat ini dilakukan di hari kedua dari rangkaian adat "begawe" pernikahan sasak. Surung serah sebagai acara penutup yang menandakan bahwa pihak keluarga laki-laki dan perempuan telah saling menerima satu sama lain. Acara ini dimulai dengan kedatangan pihak penyurung. Biasanya rombongan akan berhenti di depan jebak beleq (gerbang terbesar di kampung pihak perempuan). Mereka akan menunggu sampai pihak pengadap menjemput. Keunikan dari tahap ini adalah, pihak penyurung tidak boleh duduk pakai alas walopun di atas aspal yang panas bahkan ketika ada kotoran sekalipun mereka harus tetap duduk. Setelah dipersilahkan, barulah mereka boleh masuk kampung si perempuan, dan lucunya pihak penyurung gak boleh pakai alas kaki. Hmmm...kasihan bangeddd.

         Ketika si penyurung dan pengadap sudah berhadapan, mulailah mereka nembang (aku sedang belajar kalo urusan nembang...so penjelasannya menyusul setelah aku bisa,,he). Disana di serahkan berbagai macam seserahan berupa kain songket dan kepeng bolong..jumlah yang diserahkan sesuai kasta si perempuan dalam adat sasak. Ada yang 100, 60,33, 17. Klo untuk yang satu ini, aku dihargai 33 aja..hehe....Klo seserahannya dah dihitung dan diterima pihak perempuan, maka acaranya diakhiri dengan do'a bersama. 

# Resiko menjadi anak dari ayah yang dijadikan tempat bertanya oleh masyarakat. Dalam sebuah acara surung serah ayahku mengatakan "dalam pernikahan orang sasak, ada tiga hukum yang menjadi pijakan yaitu hukum agama, hukum pemerintah, dan hukum adat"...dari thn 2002 aku berusaha,,tapi untuk yang satu ini ayahku tidak bergeming "boleh tidak nyongkol tapi harus surung serah".