With mbak Sinta Yudisia |
"Kau bisa memiliki kisah hidup yang luar biasa, kau juga bisa menjelajah ke banyak tempat di dunia, tapi semua itu hanya akan menjadi kisahmu sendiri dan tidak bisa menginspirasi orang lain jika kau tidak menulis".
Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berkarya. Tidak ada yang harus dimaki dari setiap penggal hidup yang telah lalu. Cukup jadikan ia sebagai pelajaran berharga dan melangkahlah bersama angin harapan dan perjuangan untuk masa depan. Yaps...entah sejak kapan aku ingin menjadi penulis, yang kuingat adalah aku suka menulis puisi sejak kelas 1 SMP. Sebelum itu, aku jauh lebih menikmati berkutat bersama rumus-rumus matematika.
Aku ingat, aku pernah menulis sebuah mimpi di blog tentang keinginanku menjadi penulis. Dan selama ini, aku selalu mengatakan kepada diriku untuk memberantas empat hal yang mungkin ada pada diriku yaitu buta membaca, buta menulis, buta berdiskusi/mendengarkan, dan buta berbicara di depan publik. Aku ingin empat kemampuan itu ada pada diriku. Setidaknya kelak aku berharap bisa menjadi seorang istri dan ibu yang bisa menularkan keempat hal itu kepada anak-anakku. Meski sampai saat ini aku masih sangat kurang dalam hal mendengarkan dan aku masih belajar menjadi penulis yang baik. Tapi setidaknya aku memiliki tekad untuk itu, dan aku akan terus belajar.
Hmmmm...sebenarnya aku mau cerita apa sih?. Sory teman, aku jadi lebay nulis kesana kemari. Kali ini aku mau cerita tentang kebahagiaanku bertemu dengan seorang penulis. Ia adalah Sinta Yudisia, ketua umum Forum Lingkar Pena (FLP). Ia seorang ibu tapi begitu rajin menulis, setidaknya sudah 50 judul bukunya diterbitkan. Perempuan sholehah dan cerdas, sosok yang mengagumkan. Ia bercerita banyak hal kepada kami, tentang kepenulisan. Tentang semangat dan harapan menebarkan kebaikan melalui tulisan. Ia juga menyayangkan mental kaum muslim sekarang yang begitu suka copy paste tanpa mempelajari lebih dalam. "Kita bisa melihat bagaimana berita yang di share lewat media online sekarang banyak yang jauh dari fakta". Banyak berita yang kebenarannya masih dipertanyakan, lantas itu di copas kesana kemari oleh banyak orang. Setidaknya, jika kita memiliki mental penulis, kita akan jauh lebih berhati-hati bahkan lebih bahagia jika kita men-share tulisan kita pribadi bukan tulisan orang lain.
Ia juga memberikan semangat kepada kami untuk terus menulis. Yaps...menulis adalah salah satu sarana untuk menyebarkan kebaikan. Kita tidak pernah tau bahwa ada satu orang yang membaca tulisan kita dan mendapatkan kebaikan dari sana. "Jangan pernah menyepelekan dan membuang karya", ujarnya. Suatu saat akan ada manfaat dari apa yang kita tulis. Mungkin tidak bagi orang lain tapi untuk diri kita sendiri. Niatkan menulis untuk berbagi, untuk saling menginspirasi. Kalau kita sudah rajin dan terus belajar, ingatlah "Allah tidak akan pernah salah dalam memberikan rizki". Kita harus ingat bahwa rizki bukan hanya didefinisikan sebagai harta benda, ia juga bisa berupa sahabat yang baik. Ia juga bisa menjelma berupa kebahagiaan hidup. Jadi menulislah. Dan tetaplah jaga semangat, kadang mungkin akan ada jenuh. Kadang mungkin akan ada rasa malas, maka temukan teman yang akan selalu memberimu motivasi. Teman yang memiliki tekad yang sama. Teman yang akan membawa atmosfer kepenulisan dalam hidupmu. Tapi lebih dari itu, motivasi terbesar selalu berasal dari dalam diri kita sendiri.
So...ambil laptopmu. Ketik apa saja yang kau fikirkan. Dan yakinlah....kau bisa!
2 komentar
nulis nulis dan nulis...
nulis komen di f dan blog, hiihii :D
Hihi...yang penting nulis dah luc..wew..