Jumat, 19 Desember 2014

Kita tidak akan mati detik ini

Hey...you make me melted
      Haruskah kuceritakan ini?. Ahhh..aku tau dengan pasti bahwa kau akan tertawa dan berucap "lebay". Selalu saja begitu di setiap ujung cerita, hingga aku terbiasa dan hanya mampu mengutuk setiap kata. Setiap kalimatku yang tak seindah penyair pujaanmu itu. Setiap kata sarkastik yang kupunya. Tanpa kata yang mengalunkan damai yang kau cari. Tak seperti setiap untai kalimat yang kau temukan di dinding pujangga kesayanganmu. Ahhh..itu bukan aku. Dan aku tak akan pernah mau menjadi dia..menjadi dia lagi..dan siapapun itu. Tidak.

     Detik itu, aku kembali mencarimu di antara bangunan-bangunan itu. Iya..semua yang kau suka telah kubangun disana. Aku mencari nada yang biasa menuntunku ke arahmu. Tak ada. Aku menengok ke seluruh sudut, tetap saja sepi. Ahhhh,,,,mungkin kau telah bosan disana dan membuat tempat baru. Lantas kulihat bangunan di atas bukit. Di tepian desa yang sepi. Jauh dari rel kereta tempat yang selalu kita suka  Aku tau, kakimu telah lelah mengejar kereta kita. Kau juga telah bosan memaksaku berbaring di rel itu. Atau...kau sudah tak ingin melihatku datang menjengukmu?. 

     Aku melangkah ragu mendaki bukit itu. Melewati hamparan ilalang tak berbunga. Ada semerbak wangi melati berkelopak empat tepat di bawah jendela. Aku terdiam di sana. Menatapmu melewati jendela bening itu. Aku tau dengan pasti  dari sanalah kau selalu menatap senja. Saat yang paling kau suka. Lantas tiba-tiba kau menoleh. Mata kita bertemu, dan kita hanya terdiam beberapa lama. Tanpa bicara, kau buka jendela dan mengulurkan tanganmu. Keheningan merajai. 

    Tanganmu mulai memainkan nada yang selalu kusuka. Ternyata kau masih mengingatnya. Mataku mulai berkaca-kaca. Sementara tak ada satupun suara yang singgah di antara kita. Kau isyaratkan kepadaku untuk bersandar di pundakmu. Kau hanya mengusap kepalaku perlahan, dan tetap saja tanpa kata. Tanpa senyuman. Kupejamkan mataku. Menikmati semua yang bertahta, 
"Kita tidak akan mati detik ini, tidak detik selanjutnya. Tetaplah di sini". Ucapmu perlahan sambil menatapku. Lekat. Tanpa Lilin

2 komentar