Kamis, 11 Desember 2014

Sumbawa Island : Ada kenangan kita di Poto Tano

Poto Tano
       Poto Tano menyimpan kenangan yang begitu indah dalam hidupku. Tempat pertama yang aku jejaki selain Pulau Lombok adalah tanah Poto Tano. Tempat ini menjadi saksi betapa seorang ayah begitu mencintai anaknya. Anak perempuan yang begitu cerewet. Anak perempuan yang begitu manja sehingga apa yang ia inginkan harus dipenuhi. Anak perempuan yang akan menangis sejadi-jadinya bahkan hingga keesokan harinya jika permintaannya tidak dikabulkan. Ahhhh..betapa bebalnya ia. Betapa keras kepalanya ia. Ya...ia adalah aku. 

"Ayah...aku mau lihat Pulau Sumbawa". Ucapku di suatu malam
"Jauh lho, emang ema kuat?". 
"Kuat donk, ema kan mau naik kapal laut. Pengennnnn banget yah". Aku mulai merajuk.
"Beneran kuat?. Ema masih kecil. Nanti kalau sudah besar ayah ajak".
"Ayah kan sering ke Sumbawa, Bima, Dompu, Jawa, masak ema gak boleh kemana-mana". Aku mulai ngambek. Dan ayahku hanya tersenyum melihat tingkah polahku yang selalu begitu. Mungkin ia gemes melihatku yang baru usia empat tahun tapi begitu banyak keinginannya.
"Pokoknya ema mau naik kapal laut!". Aku langsung pura-pura tidur. Memasukkan kepalaku ke dalam selimut. Aku memunggungi ayahku. Ketika aku kecil, aku selalu tidur dengan ayahku hingga aku SD. 

      Aku masih saja kekeh dengan keinginanku untuk naik kapal laut. Aku selalu begitu, sulit sekali melupakan keinginan. Jika anak kecil bisa melupakan keinginannya hanya dengan permen atau ice cream. Itu tidak berlaku di duniaku. Sebelumnya aku ingin sekali melihat pesawat dari dekat, karena pesawat hanya bisa kulihat kecillllll di angkasa. Itupun jika pesawatnya kebetulan lewat di atas rumahku. Aku tidak berhenti sampai ayahku membawaku ke bandara Selaparang (Mataram). Jarak Pujut dan Mataram dulu terasa sangat jauh. Mungkin karena jalan buruk.

"Besok pagi Ema sama Anto harus bangun pagi-pagi ya". Kata ayah di malam minggu.
"Kita mau kemana Yah?. Berenang di Taman Narmada lagi?. Ema gak mau". Taman Narmada adalah tempat yang sangat sering aku kunjungi saat aku kecil. Aku tak tau kenapa, ayahku suka sekali mengajakku berenang disana. Apa yang menarik ya?. Jawabannya kutemukan setelah aku dewasa.
"Kita mau ke Sumbawa". Kata ayah sambil tersenyum.
"Horreeee". Aku jingkrak-jingkrak kegirangan. Aku masih ingat betapa aku sangat bahagia malam itu.

      Pagi-pagi sekali, aku sudah bangun. Pagi yang begitu indah bagiku. Aku selalu ingat betapa sejak kecil aku sangat dekat dengan ayahku. Ibuku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak ayah.  Dengan menggunakan sepeda motor, kami bertiga berangkat pagi-pagi sekali menuju Pulau Sumbawa. Itu travelling pertamaku keluar Pulau Lombok. Aku selalu sangat bahagia melihat tempat-tempat baru dan merasakan hal baru. Seperti pagi itu, aku sangat bahagia karena aku akan naik kapal laut. Mungkin itu terdengar norak bagi anak-anak zaman sekarang, tapi zaman aku kecil tidak ada satupun temanku yang pernah naik kapal laut. Aku kebetulan tinggal di tempat yang jauh dari keramaian kota. Aku tau ada kapal lautpun dari ayahku. Aku tau ada pulau di luar Lombok juga karena ayahku. 

      Di atas kapal laut, aku tidak bisa diam. Aku kesana kemari, melihat semuanya. Aku benar-benar ingin tau semua hal.
" Ema gak usah lihat laut terus ya".
"Kenapa yah?"
"Nanti ema bisa pusing, bisa muntah".
"Gak koq yah,,,masak ema pusing". Seperti biasa, aku memang bebal. 

Aku suka melihat buih lautan sejak kecil
      Aku terus saja menikmati indahnya laut. Menikmati pulau-pulau kecil yang membuatku kagum. Aku masih ingat, hampir aku tidak pernah duduk di bangku penumpang.  Jika ada yang membuatku bingung, aku akan segera berlari menemui ayahku. Bertanya ini dan itu. Dan ia selalu saja dengan setia menjelaskan kepadaku. Tidak pernah ia mengabaikan pertanyaanku.

Pulau-pulau cantik
      Sesampainya di Poto Tano, kami jalan-jalan sebentar di Pantai sekitar pelabuhan. Kami makan bekal yang dibuatkan oleh ibu. Hanya sebentar saja kami disana, dan kami harus kembali lagi ke pulau Lombok. Mungkin orang berfikir "ngapain cobaq lelah-lelah cuma buat duduk bentar makan di Poto Tano?". Tapi begitulah cara ayahku mencintaiku. Cinta yang tak bisa kulukiskan dengan kata apapun (aigooo,,ada satu titik di sudut mataku). Dan aku bahagia detik itu. Aku melupakan semua lelah. Aku bahagia bisa naik kapal laut. 


Anak-anak Poto Tano 
       Perjalanan selalu menghadirkan kisah yang sulit kita lupakan. Kelak, jika Allah takdirkan aku menjadi seorang ibu, aku akan ajarkan anakku untuk melihat dunia yang begitu luas. Aku berharap detik itu aku bersamamu. Tanpa Lilin.
#Terimakasih untuk ayah juara satu sedunia.






2 komentar

saya dr dalam perut sudah pindah2 rumah hampir 4 kali selama di lombok, dan itu efek dari kerja bapak yang jg guru dan mesti legowo dipindahkan kemana saja...
dan nyebrang lombok sumbawa dulu sudah tak terhitung berapa kali, yang paling sering itu pas kelas 3 SD, bapak msh ngajar di lombok terus ibu pindah ke sumbwa, saya dan bapak yang masih di lombok mesti ke sumbawa seminggu sekali, dan itu selama 3 bulan seperti itu...
ah emang tano always menjadi kenangan yang tak terlupa :D