Kamis, 28 Mei 2015

With Cahyadi Takariawan : Menikah?..Why Not..

With Cahyadi Takariawan
       "Rumah tangga adalah batu bata peradaban"
      Kalimat itu adalah kalimat pembuka yang diucapkan oleh Cahyadi Takariawan saat mengisi acara kuliah pra nikah. Hmmmm...kalimat yang sudah biasa aku dengar dan aku baca dalam buku-buku persiapan pernikahan. Ya, aku tau dengan pasti aplikasi dari kalimat itu tidak semudah membaca atau mendengarkannya. Aku memahami bahwa pernikahan adalah tahapan amal kedua dari peribadi seorang muslim. Setelah kita memperbaiki diri kita sesuai tuntunan agama, maka kewajiban kita selanjutnya adalah membentuk keluarga muslim yang akan memperkuat terbentuknya masyarakat muslim hingga islam menjadi ustadiatul alam atau biasa kita sebut islam sebagai rahmatan lil alamin.

    (Wait em,,pembahasan kali ini kayaknya serius banget ya)

    Bagiku, pernikahan bukan hanya soal menyatukan dua rasa, bukan hanya soal menyatukan dua pribadi. Tapi pernikahan adalah penyatuan dua keluarga besar, penyatuan dua potensi yang akan saling menguatkan untuk melakukan lebih banyak kebaikan dalam hidup. Jika saat sendiri kita mengenal kalimat " Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain". Maka saat menikahpun aku ingin memiliki sebaik-baik keluarga yaitu yang bisa banyak memberi manfaat kepada orang lain. Its not just about money. Its about meaning. Hmmmm, tentunya ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum menikah yaitu:
1. Persiapan spiritual dan moral
2. Persiapan konsepsional
3. Persiapan fisik
4. Persiapan materi
5. Persiapan soaial

    Dari lima persiapan tersebut, aku sedikit menyoroti masalah persiapan konsepsional. Ada banyak pernikahan yang tidak harmonis karena perbedaan konsep dalam menjalankan biduk rumah tangga. Dan sejak dulu hingga sekarang, aku sangat ingin membentuk keluarga yang qur'ani. Itulah alasan utama kenapa aku menjadikan syarat mampu membaca Al-qur'an dengan tartil sesuai makhrojul huruf dan tajwid bagi siapapun lelaki yang mau menikah denganku. Yaps..aku ingin memiliki anak-anak yang penghafal Al-qur'an. Dan aku rasa itu akan sulit jika secara konsep, aku tidak satu dengan suamiku kelak.So,, penyamaan konsep ini menjadi penting dari sebelum pernikahan.
(Ahhh,,,susah donk em kalau begitu). Sebenarnya tidak susah jika sudah memiliki kemauan dan komitment. Pasti bisa.

   Dalam acara tersebut, Pak Cah menjelaskan tentang pentingnya kita menjaga hati sebelum menikah. Beliau menjelaskan bahwa ada tiga level perasaan kepada pasangan jenis:
1. Ketertarikan
2. Kecendrungan
3. Ketergantungan

Semua orang memiliki fitrah untuk tertarik kepada seseorang. Akan tetapi jika seseorang telah memiliki kecendrungan kepada seseorang maka segeralah untuk menikah dengannya. Dan apabila perasaan sudah masuk level ketergantungan maka tidak ada kata menunggu lagi untuk menikah. Hampir wajib hukumnya untuk menikah karena dikhawatirkan akan timbul penyakit hati. So,,kenalin perasaan kita sendiri terhadap seseorang. Jangan biarkan hati larut dalam jebakan perasaan yang tidak ada ujungnya. Itu tidak bagus secara psikologi terutama untuk seorang perempuan. Penting untuk kita mengingat satu hal " Jangan pernah memastikan sesuatu yang belum pasti". Perkara jodoh adalah perkara yang hanya Allah yang tau. Kita tidak pernah tau jodoh kita siapa, jadi kita harus pintar menjaga hati.