Kamis, 25 September 2014

Gie (Biarkan aku jatuh cinta pada tiadamu)

Hei...masih adakah lelaki sepuitis dirimu?.
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
(Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Menatap hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra. Lebih dekat.
(Lampu-lampu berkerlipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara
Ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta
(Haripun menjadi malam
Kulihat semuanya menjadi muram
Wajah-wajah yang kita kenal berbicara 
dalam bahasa yang tidak kita mengerti
Seperti kabut pagi itu)
Manisku, aku akan jalan terus
Membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
Bersama hidup yang begitu biru
Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang tak kan pernah kutau
Dimana jawaban itu
Bagai letusan berapi
Bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

      Teman...aku seperti kehabisan kata kalau mau bicara tentang kk Gie. Aku speachless. Ahhh...ini namanya jatuh cinta pada ketiadaan. Ada beberapa lelaki yang telah tiada tempatku jatuh cinta, salah satunya kk Gie. Klo teman-teman cermati film AADC, ada satu adegan si Rangga lagi baca buku Catatan Harian Seorang Demonstran. 
Buku kecex kk Gie

Sejak saat itu aku penasaran sama buku itu. Akhirnya aku bisa baca setelah di Mataram. Oh My God buku itu membuat aku mampu merasakan sosok seseorang yang luar biasa. Buku yang membuat aku alay menulis puluhan halaman catatan demonstran. (Saking noraknya, file catatan demonstranku tak kasi judul Soe hok gie wati...LOL). 

        Nama lengkapnya Soe Hok Gie. Ia bangga dengan namanya. Ia tak lantas mengubah namanya ketika orang-orang Cina merubah namanya. Ia tak takut di kucilkan. Ia Scientist yang kritis dan puitis. Ia selalu mengatakan.."Lantas apakah yang lebih puitis daripada membicarakan kebenaran?". (Eh,,,bukannya itu tag line blogku?..hihi,,bener banget..aku nyulik kalimat itu dari kk gie). Soe hok Gie lahir di Jakarta 17 desember 1942 dan meninggal sehari sebelum hari ulang tahunnya pada 16 Desember 1969 di Gunung Semeru. Ahhh..usia yang sangat muda yang dipenuhi karya. (Aku iri padamu kk gie). Dia memang pemberani dan pemberontak sejak kecil. Ia dengan berani mendebat gurunya soal karya terjemahan Chairil Anwar. Ia marah karena nilainya dikurangi.

"Guru bukanlah dewa yang selalu benar, dan murid bukanlah kerbau yang dicocok hidungnya"

Ia membenamkan dirinya bersama buku-buku. Ia membaca biografi orang-orang besar. Membaca sastra dan sejarah. Ahhhh....aku terpesona. Ia selalu menulis kejadian yang ia alami dalam buku catatannya sejak SMP. Ia kuliah di Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif menulis di media. Ia mengkritik pemerintahan Soekarno yang korup. Ia dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) melakukan demonstrasi mengkritisi pemerintahan. Pun setelah peristiwa Gestapu, ia banyak mengkritisi pemerintahan Soeharto. Tulisan-tulisan Gie di di bukukan pada tahun 2005 dengan judul Zaman peralihan. Aku bersyukur banget karena ada seorang teman yang menghadiahkan buku itu padaku. (One of my spesial gift).

Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka 
Yang tanpa tentara
Mau berperang melawan diktator
Dan yang tanpa uang
Mau memberantas korupsi
Kawan-kawan, kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?
Thanks a lot untuk seseorang yang telah menghadiahkan buku zaman peralihan kepadaku

      Selain membaca dan menulis, Gie juga sangat suka mendengarkan musik klasik seperti karya Joan Baez. Ia juga suka menonton film dan mendiskusikan bersama teman-temannya. And than satu lagi, Ia bersama teman-temannya mendirikan Mapala UI. Ia suka naik gunung. Hmmmm...tipe lelaki keren itu ada padanya. Tapi sayang sekali, ia dipenuhi kesendirian dan keterasingan. Banyak perempuan yang mengaguminya, tapi selalu takut karena kekritisannya. Ahhhh...part yang ini menyesakkan sekali. Sampai akhirnya ia meninggal di puncak Mahameru. Ia memeluk kesendirian dan kedinginan. Ahhhh...aku mengagumi lelaki pemberontak.

"Lebih baik terasing daripada menyerah pada kemunafikan"



Puisi-puisi Soe Hok Gie yang tidak akan pernah bosan aku baca

Cinta
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi di miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup
Dan terus bertanya-tanya 
Tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tau
Mari sini, sayangku
Kalian yang pernah mesra
Yang pernah baik, dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas, atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanam apa-apa
Kita tak pernah  kehilangan apa-apa
(Selasa, 11 November 1969)

Kepada pejuang-pejuang lama
Biarlah mereka yang ingin mendapat mobil, mendapatkannya
Biarlah mereka yang ingin mendapat rumah, mengambilnya.
Dan datanglah kau manusia-manusia
Yang dulu menolak, karena takut ataupun ragu
Dan kita para pejuang lama
Yang telah membawa kapal ini keluar dari badai
Yang berani menempuh gelombang (padahal pelaut-pelaut yang lain takut)
(Kau tentu masih ingat suara-suara di belakang "mereka gila")
Hai, kawan-kawan pejuang lama
Angkat beban-beban tua, sandal-sandal kita, sepeda-sepeda kita
Buku-buku kita atau sisa-sisa makanan kita
Dan tinggalkan kenangan-kenangan dan kejujuran kita
Mungkin kita ragu sebentar
(Ya,kita yang dulu membina kapal tua ini
Di tengah gelombang, ya kita betah dan cinta padanya)
Tempat kita, petualang-petualang masa depan
Akan pemberontak-pemberontak rakyat
Disna..
Di tengah rakyat, membina kapal-kapal baru untuk ditempuh
Gelombang baru
Ayo, mari kita tinggalkan kapal ini
Biarlah mereka yang ingin pangkat, menjabatnya
Biarlah mereka yang ingin mobil, mendapatkannya
Biarlah mereka yang ingin rumah, mengambilnya
Ayo,,,laut masih luas
Dan pagi pemberontak-pemberontak
Tak ada tempat di kapal ini.

Mandalawangi-Pangrango

Senja itu, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, di dalam sepimu
Dan dalam dinginnya
Walaupun setiap orang berbicara
Tentang manfaat dan guna
aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku
Aku cinta padamu, pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti mandalawangi
kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
"Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya"
tanpa kita bisa mengerti
Tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu
Melampaui batas-batas jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
Karena Aku cinta keberanian hidup.

#Kisah hidupnya difilmkan oleh Riri Riza di tahun 2005. Salah satu film favoritku.  So...silahkan teman-teman baca bukunya dan tonton filmnya..:)




2 komentar

Wow, gaya penulisannya pun jd membuat saya ngefans sama kk gie. Nice post. Puisinya emg benar2 menyentuh..

Iya...bener banget...puisix kk gie bener2 kerenn dan menyentuh...hehe....thanks a lot dah berkunjung...:)