Aku mulai merasa kedinginan
Menikmati gigil yang menyesakkan
Lantas aku merasakan kaku yang merambat ke sendiku
Bisakah kau lebih dingin lagi?
Aku ingin bergumul beku
Aku merindukan hipotermia pecahkan syarafku
Lantas aku hanya akan berhalusinasi
Memanggilmu dalam bibir yang terkatup
Mati rasa.
Jika dinginmu hanya sampai disini
Tak akan mampu matikan aku
Bisakah kau lebih kejam dari Kilimanjaro?
Hingga aku harus mengamputasi segala yang melepuh
Memotongnya dengan kejam
Di hadapanmu.
Kau kira aku takut pada sakit itu?
Tidak.
Aku telah terbiasa menikmati siksa dingin
Aku telah bersahabat dengan kebekuan
Karena akulah dingin itu
Karena akulah kebekuan itu
Maka aku lebih khawatirkan dirimu.
Sanggupkah engkau sampai ke puncak?
Kuatkah engkau untuk tetap bertahan?
Jawab aku!...tanpa lilin.