Minggu, 31 Agustus 2014

Riyandi Arif Rahman

Malam ini...detik ini...aku merindukannya...(alay mode on). Dia sedang pulang ke lombok tengah, jadilah aku sendiri disini...ahhh....tak ada suara ngigau..atau suara minta dibenerin selimutnya...dan..gak ada teman rebutan bantal guling (hehe..apa susahnya beli bantal guling...tapi aku menikmati moment itu...kurasa itu akan kami kenang hingga tua).


Nah lho...aku lagi ceritain siapa sih?...yang jelas bukan suami karena aku belum nikah..hehe...
Dia adikku yang paling bontot. Aku sengaja buat postingan ini, dengan namanya sebagai judul..One day, ketika dia sudah besar dan dia ketik namanya di google, dia akan membacanya. Dan saat itu dia akan tau betapa aku sangat mencintainya. Usia kami sangat jauh terpaut. Dua belas tahun, jadi jarang orang mengira dia adikku. Ada yang mengira dia anakku atau keponakanku.

Waktu itu, aku kelas 3 SMP. Usiaku baru saja 14 tahun. Saat itu aku sedang mempersiapkan ujian kelulusan. Tiba2 ibuku mengatakan kalau ia sedang hamil. Aku tidak peka karena ibuku memang agak gemuk jadi kehamilannya tak terlalu tampak. Ibuku juga bukan perempuan lemah yang sering sakit atau muntah2 ngidam seperti perempuan lainnya. Ia menjalani hari seperti biasanya. Kabar kehamilannya membuat aku sangat syok. Aku kaget. Jujur saat itu, aku tidak siap untuk memiliki seorang adik. Aku sudah cukup merasa tersaingi hanya dengan memiliki seorang adik. Yahhh,,,,,itu hanya egoisme menjelang masa remaja. 

Tapi, betapa bayi riyan sudah merubah banyak hal dalam diriku. Ketika aku melihatnya, ia begitu tampan, putih, dengan tanda lahir di betis kiri and kanan serta tahi lalat di ujung hidungnya. Aku sangat menyayanginya. Aku sangat berat ketika harus melanjutkan sekolah di praya. Aku selalu ingin pulang menengok bayi riyan. Aku sisihkan uang belanja untuk membelikannya baju dan sepatu.  Dia tumbuh menjadi bayi yang pintar, perkembangannya selalu melebihi anak seusianya bahkan melebihi anak yang usianya lebih tua darinya. Dia cepat sekali bisa memakai baju sendiri, mengikat tali sepatu sendiri. Dan yang paling lucu, setelah usianya dua tahun dia selalu minta pergi kesekolah. setiap pagi dia bangun pagi, mandi, dan siap2 lengkap dengan sepatu dan tas kecilnya seperti layaknya anak sekolah. Dia menyalami orang tua dan mengucapkan salam kemudian berangkat...ya..tentu tak pergi sekolah melainkan pergi bermain.haha. Dan malam harinya dia akan pergi ke masjid untuk belajar ngaji berbekal lampu senter. Jika sudah ngantuk, ia akan pulang sendiri padahal jarak masjidnya cukup jauh. 



Dia tumbuh menjadi anak yang introvert. Ia tak suka mengeluh jika sakit. Jika tangannya kena pisau misalnya, dia pasti akan menutup lukanya sendiri dengan apapun yang bisa ia gunakan. Maka dengan penjelasan dari ibu, dia bisa faham bahwa kalau terluka harus pakai obat merah. Suatu ketika, tangannya terkena parang. kau bisa bayangkan tangan kecil anak uasia dua tahun terkena parang. Ia tak menangis menjerit layaknya seorang anak. ia menutup lukanya dengan tanah. Ia tak berhasil menghentikan darahnya, dengan meringis ia menghampiri bibi sambil menyembunyikan tangannya. Dan lukanya sangat parah, tangannya sampai di jahit ketika di bawa ke dokter. Atau kisah lain ketika ia terjatuh dari sepeda. Ia jatuh ke kali, untung saja kalinya kering. tak ada yang tau, sampai pada malam hari ia demam dan ternyata badannya banyak memar. Atau ketika ia disunat, ia hanya meringis. Ayah, ibu, aku dan adk anto yang menangis melihat dia yang begitu tegar padahal usianya baru empat tahun saat itu. Ia merawat lukanya sendiri hingga sembuh. Ahhh....dia begitu tegar meski sebenarnya ia melankolis. I love him.

Ketika usianya empat tahun, riyan kecil sudah suka belajar menghitung. Maka ayah membuat PAUD agar dia dan teman2 seusianya punya tempat untuk belajar. PAUD gunung tengaq namanya. Usia enam tahun ia masuk SD. Jarak sekolahnya  jauh, sama sepertiku..ia pergi sekolah dengan jalan kaki. melewati pematang sawah. Aku masih ingat ketika pembagian raport pertama, aku yang menemaninya. Ia menjadi yang pertama dipanggil oleh kepala sekolah untuk maju sebagai juara satu. Dia maju dengan malu2. Ahhh...dia sangat menggemaskan. Dia menjadi guru privat untuk teman2nya. mereka datang kerumah kalau ada PR. Aku suka mengintipnya menjelaskan pelajaran matematika pada teman2x. Karena dia cepat mengerti dalam pelajaran, akhirnya dia bosan dikelas. Dia pernah bercerita betapa ia tak suka karena sering dimarahi gurunya. Yaps....karena dia tidak memperhatikan pelajaran. Dia tidak suka karena gurunya menjelaskan berulang-ulang hal yang sudah ia bisa. Dalam kasus ini, aku sering memahamkan agar ia lebih bersabar. Dia tumbuh menjadi anak yang lebih dewasa dari umurnya. 

Suatu ketika, aku merapikan bukunya. Saat itu ia baru naik kelas tiga. Aku menemukan catatannya di selembar kertas. 

Nama saya riyandi arif rahman. mimpi saya ingin menjadi profesor astronomi. saya ingin melihat galaksi bima sakti. saya ingin melihat bumi dan planet lainnya berputar mengelilingi matahari. saya ingin membuat teropong yang besar agar saya bisa melihat bintang setiap malamnya. 

Aku sangat terharu membacanya. Aku selalu berdo,a agar ia bisa mewujudkan mimpinya itu. Dan kini, ia telah berusia 12 tahun. Ia lulus SD dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Dengan nilai itu ia bisa diterima di SMP 2 Mataram. SMP terfavorit di NTB...Semoga ia tumbuh menjadi lelaki yang sholeh, cerdas dan kuat. Kami semua sangat mencintainya.


foto semangat!!
foto unyu 


di pantai Aan


dia suka ke tempat ini...jalan udayana