Sabtu, 15 Juni 2013

Maaf dan senyum

"Kian lama kian kurasa kebenaran sebuah ungkapan lama, betapa arti seseorang begitu terasa justru saat ia tiada. Dan,,tiadamu membuatku memahami satu makna kata yaitu kata cinta".

Dan kini..satu persatu telah pergi. Pergi dengan kebahagiaan masing-masing. Ada yang pergi dengan kata, dan ada yang pergi begitu saja. Tanpa permisi.
Entah berapa kali kukatakan kalimat sederhana "jangan pergi",  tapi itu tak merubah apapun. Kau tetap saja pergi. Aku bukanlah orang yang pandai membuat seseorang selalu tertawa. Aku juga bukan orang yang begitu mahir membuat orang untuk selalu tersenyum. Meski aku tak punya ekspresi, tapi aku punya hati. Aku punya jiwa. Kau hanya tak tau itu. Kau hanya tak mampu melihatnya. Bukankah apa yang nampak kebanyakan hanya kamuflase?. Hanya framing dalam kehidupan yang kadang menipu?. Hanya kepalsuan yang kadang tak sampai ke jiwa?.


Dan aku terlalu tak pandai untuk memaksamu tetap disini. Dan aku akan memaafkanmu, karena aku tak bisa membenci. Sedikitpun tidak.
Kau ajarkan aku untuk selalu memaafkan dan meminta maaf. "Maaf". Itulah kata yang begitu mudah kau ucapkan. Meski kadang aku bertanya "Kenapa begitu mudah meminta maaf?"..Dan begitu seterusnya sampai aku selalu memaafkanmu bahkan sebelum kau meminta maaf sekalipun.

Senyum, itulah yang sering kau ajarkan. Meski aku marah, kau akan tersenyum. Sampai aku kadang jengkel karena kau hanya bisa menjawabku dengan senyum.

#Bukan maksudku berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing

5 komentar

bukannnnnn....tebak ayooo? msak kau lupa...

Chairil Anwar... ya kan? *sorry salah tulis yg di atas...

wajah mereka berdua tumpang tindih dalam kepala hehehehe...

iya,,di buku aku sdjuman djaya....harta karunku..he