Aku keluar membawa sebuah tas kecil berisi baju bertuliskan "I love djogja", sebuah buku berjudul "Dalam bingkai mahabbah", sebuah gantungan kunci bertuliskan "puncak bogor" dan beberapa kuntum bunga edelwis..Aku tak tau apa yang harus kuperbuat dengan benda-benda itu. Aku menghargai setiap keikhlasan tapi sayangnya semua keikhlasan itu ternyata sebuah kebohongan. Aku ingin membakarnya tapi itu sangat sia-sia dan tiada guna. Aku ingin semuanya bisa bermanfaat, meski bukan untukku tapi setidaknya untuk orang lain.
Aku berfikir, aku akan memberikannya kepada anak-anak yang meminta-minta di lampu merah, tapi ketika aku lewat lampu sedang hijau. Aku melihat seorang pemulung, aku berhenti dan memberikan baju itu..dalam hati kukatakan..."mohon maaf". Kutemui seorang remaja berjilbab, kusapa dan kuberikan buku itu...kembali hatiku berbisik "mohon maaf"...remaja itu tak percaya, sambil tersenyum ia mengatakan "terima kasih" dan iapun berlalu...beberapa waktu kemudian aku kembali bertemu seorang remaja,kali ini tak berjilbab, kusapa dn kuberikan gantungan kunci itu..dia sempat bertanya "harganya berapa?", mungin dia kira aku ingin menjualnya. Dengan tersenyum kukatakan "ambil saja"...sekali lagi hatiku berbisik "mohon maaf"..remaja itupun tersenyum gembira dan berlalu.
Aku hanya berharap ketiga orang tadi menyayangi benda yang kuberikan agar semua bisa bermanfaat. aku bersyukur semua itu bisa menyenangkan orang lain.
Dalam hening aku berfikir, entah mengapa ada orang yang menanggap bahwa aku membencinya?. tak sedetikpun aku ingin membenci orang lain. Aku menghargai semua orang yang pernah baik kepadaku.
Ya Allah izinkan aku berdo'a seperti do'a Umar bin khattab 'Ya ALLAH hatiku sangat keras, maka lunakkanlah.Ya ALLAH aku sangat lemah,maka kuatkanlah"..
3 komentar
Barang-barang pemberian kah :)
hmmmm....:)...maknailah senyumku..
Aku ingat kak Em pernah ngomongin ini waktu di saya masih jadi pengungsi di kos Swakarya, hahaha Kata kuncinya 'benci, tidak dan barang' *maknailah senyumku