Jumat, 05 Mei 2017

Melawan Hoax di Era Digital

   

        A hoax is a deliberately fabricated falsehood made to masquerade as the truth (Wikipedia). Di era digital saat ini, penyebaran hoax menjadi fenomena yang dengan mudah kita temukan terutama di media sosial. Kurangnya tradisi literasi media yang disokong dengan kecepatan akses internet menjadi faktor utama menjamurnya penyebaran berita hoax di kalangan masyarakat. Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet yang sangat tinggi. Pada 2016, total pengguna aktif internet di Indonesia mencapai 132,7 juta. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dari jumlah tersebut sekitar 29,2 persen berusia antara 35 -44 tahun. Tidak hanya itu, kategori terbesar kedua sebesar 24,4 persen adalah kelompok usia 24 -34 tahun. Untuk usia remaja dari 10 -24 tahun mengisi 18,4 persen dari total pengguna internet. Dan hanya 10 persen pengguna yang usianya lebih dari 55 tahun.

          Sebagaian besar pengguna internet di Indonesia menggunakan internet dengan tujuan untuk mengakses media sosial. Badan Pusat Statistik Indonesia menyebutkan bahwa 80,05 persen penduduk mengakses internet untuk keperluan media sosial dan 73,50 persen dengan tujuan mencari berita atau informasi. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna pengguna facebook terbesar ke-dua di asia dengan jumlah pengguna 88 juta. Selain itu, Indonesia juga menjadi negara pengguna twitter terbesar ke-tiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India dengan jumlah pengguna 24,34 juta.

        Eksistensi masyarakat Indonesia di media sosial menjadi pemicu penyebaran hoax. Hanya dengan sekali klik tombol share maka informasi yang belum pasti kebenarannya menjadi konsumsi publik. Mudahnya masyarakat mengkonsumsi hoax bahkan menjadi peluang bisnis bagi para pencari dolar lewat klik iklan. Banyak portal media online yang hanya menyajikan berita-berita dengan judul heboh dan isi provokatif dengan tujuan agar situsnya viral dan terkenal.

       Kecendrungan mengakses berita lewat media online membuat masyarakat Indonesia mulai meninggalkan media cetak berupa koran ataupun majalah. Hal tersebut telah menggerus belanja iklan pada media cetak sehingga memberi dampak bagi penurunan iklan media cetak sepanjang 2015-2016. Belanja iklan koran sepanjang tahun 2016 mengalami penurunan 4,5 persen menjadi Rp. 29,4 triliun dari posisi tahun 2015.Demikian pula iklan majalah pada tahun 2016 juga menyusut 15,8 persen menjadi Rp. 1,6 triliun dari tahun sebelumnya. Sebagai sebuah bisnis, media memerlukan iklan yang akan menopang keberlangsungan bisnisnya. Hal tersebut sering memunculkan pendapat bahwa “a bad news is a good news,” karena berita yang sering laku dibaca masyarakat adalah betita buruk yang sering berhubungan dengan darah, air kelamin, dan air mata.

         Penyebaran berita hoax memiliki dampak yang sangat buruk di kalangan masyarakat. Ada banyak keresahan, perdebatan, bahkan pertikaian diakibatkan oleh berita hoax. Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu sempat mencuat berita hoax tentang penculikan anak. Berita penculikan anak tersebut menjadi viral dan menyebabkan keresahan di masyarakat. Para orang tua menjadi takut membiarkan anaknya bermain di luar rumah. Paranoid yang melanda masyarakat membuat mereka mudah curiga terhadap orang baru yang datang ke kampung atau lingkungannya.
Lombok Timur – Isu hoax tentang penculikan anak menimbulkan korban. Seorang peminta sumbangan untuk pembangunan masjid menjadi bulan-bulanan warga Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur (Lotim). Pria yang diketahui bernama Sulaiman asal Kabupaten Sumenep, Jawa Timur dituduh sebagai pelaku penculik anak oleh warga. Sontak saja warga melakukan pengeroyokan terhadap korban.” Berita yang dimuat kicknews.today pada tanggal 27 Maret 2017 menjadi salah satu bukti dampak buruk dari penyebaran berita hoax.

        Melihat dampak buruk yang ditimbulkan oleh penyebaran berita hoax, penting bagi masyarakat untuk lebih teliti dalam menilai sebuah pemberitaan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak terjebak pada pusaran berita hoax adalah sebagai berikut:

Pertama, kenali situs berita online yang kredibilitasnya teruji. Banyaknya situs online bisa membuat masyarakat kebingungan, akan tetapi ada beberapa situs berita yang memang sudah teruji. Akuratnya sebuah berita bisa dinilai dari eksistensi situs tersebut karena jika situs tersebut sering menyebarkan hoax, secara otomatis pembacanya akan berpindah ke situs yang lain.

Kedua, kenali keberpihakan politik sebuah situs berita. Bukan menjadi rahasia umum bahwa banyak situs berita di Indonesia yang berpihak kepada salah seorang politisi ataupun partai politik. Masyarakat perlu melakukan komparasi terhadap berita-berita yang dimuat dalam situs yang memiliki keberpihakan politik jika berita yang disampaikan secara jelas berpihak pada salah satu pihak saja.

Ketiga, masyaakat tidak boleh terjebak pada judul berita yang heboh dan menarik. Banyak orang yang membagikan sebuah berita tanpa membaca isi berita terlebih dahulu melainkan hanya membaca judul beritanya saja. Hal tersebut akan berdampak fatal karena ada banyak berita yang tidak memiliki kesesuaian antara isi dengan judul.

Keempat, jangan tertipu oleh gambar, video, dan meme. Saat ini masyarakat lebih suka melihat gambar, mlihat meme, dan menonton video dibandingkan dengan membaca isi berita secara keseluruhan. Gambar yang terpajang di awal berita seringkali tidak sejalan dengan isi berita secara keseluruhan. Seringkali juga kita menemukan video yang terpotong dan hanya menampilkan sesuai kebutuhan pemilik media.

Kelima, buatlah media pembanding. Masyarakat perlu membandingkan berita di media yang satu dengan media yang lainnya agar pemahaman masyarakat terhadap sebuah berita lebih lengkap dan menyeluruh.

Keenam, mengecek kebenaran berita di lapangan jika itu memungkinkan. Contoh berita kenaikan harga sembako, masyarakat bisa mengecek langsung kebenaran berita dengan langsung berbelanja ke pasar. Memang hal ini terbatas untuk sebagian kecil berita saja.

          Masyarakat tidak bisa membendung arus berita di era digital yang begitu cepat dan mudah diakses hanya dengan sebuah smartphone. Masyarakat Indonesia dituntut lebih berhati-hati dan kembali memupuk budaya literasi media agar dampak buruk berita hoax dapat dihindari. Melawan hoax di era digital harus dengan kecerdasan agar masyarakat tidak menjadi korban.

Referensi
 https://kicknews.today/2017/03/21/di-lotim-isu-hoax-penculikan-anak-makan-korban-peminta-sumbangan-masjid-dikeroyok/
 https://en.wikipedia.org/wiki/Hoax
 http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/25/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-kedua-  di-asia

4 komentar

Waaaah, saya kelewat ni DL lomba melawan hoax.

TFS kk Ema, generasi digital memang harus wajib kros cek setiap data yg ingin disharenya yaaaa.

Semoga tulisannya menang.
Aamiin..

Thanks do'anya bunda..alhamdulillah jadi juara tiga..hehe