A
hoax is a deliberately fabricated falsehood made to masquerade as the
truth (Wikipedia). Di
era digital saat ini, penyebaran hoax
menjadi fenomena yang dengan mudah kita temukan terutama di media
sosial. Kurangnya tradisi literasi media yang disokong dengan
kecepatan akses internet menjadi faktor utama menjamurnya penyebaran
berita hoax
di kalangan masyarakat. Indonesia
merupakan negara dengan pengguna internet yang sangat tinggi. Pada
2016, total pengguna aktif internet di Indonesia mencapai 132,7 juta.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), dari jumlah tersebut sekitar 29,2 persen berusia antara 35
-44 tahun. Tidak hanya itu, kategori terbesar kedua sebesar 24,4
persen adalah kelompok usia 24 -34 tahun. Untuk usia remaja dari 10
-24 tahun mengisi 18,4 persen dari total pengguna internet. Dan hanya
10 persen pengguna yang usianya lebih dari 55 tahun.
Sebagaian
besar pengguna internet di Indonesia menggunakan internet dengan
tujuan untuk mengakses media sosial. Badan Pusat Statistik Indonesia
menyebutkan bahwa 80,05 persen penduduk mengakses internet untuk
keperluan media sosial dan 73,50 persen dengan tujuan mencari berita
atau informasi. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara
pengguna pengguna facebook
terbesar ke-dua di asia dengan jumlah pengguna 88 juta. Selain itu,
Indonesia juga menjadi negara pengguna twitter
terbesar
ke-tiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India dengan jumlah
pengguna 24,34 juta.
Eksistensi
masyarakat Indonesia di media sosial menjadi pemicu penyebaran hoax.
Hanya dengan sekali klik tombol share
maka informasi yang belum pasti kebenarannya menjadi konsumsi publik.
Mudahnya masyarakat mengkonsumsi hoax
bahkan
menjadi peluang bisnis bagi para pencari dolar lewat klik iklan.
Banyak portal media online yang hanya menyajikan berita-berita dengan
judul heboh dan isi provokatif dengan tujuan agar situsnya viral
dan terkenal.
Kecendrungan
mengakses berita lewat media online membuat masyarakat Indonesia
mulai meninggalkan media cetak berupa koran ataupun majalah. Hal
tersebut telah menggerus belanja iklan pada media cetak sehingga
memberi dampak bagi penurunan iklan media cetak sepanjang 2015-2016.
Belanja iklan koran sepanjang tahun 2016 mengalami penurunan 4,5
persen menjadi Rp. 29,4 triliun dari posisi tahun 2015.Demikian pula
iklan majalah pada tahun 2016 juga menyusut 15,8 persen menjadi Rp.
1,6 triliun dari tahun sebelumnya. Sebagai
sebuah bisnis, media memerlukan iklan yang akan menopang
keberlangsungan bisnisnya. Hal tersebut sering memunculkan pendapat
bahwa “a bad
news is a good news,”
karena berita yang sering laku dibaca masyarakat adalah betita buruk
yang sering berhubungan dengan darah, air kelamin, dan air mata.
Penyebaran
berita hoax
memiliki dampak yang sangat buruk di kalangan masyarakat. Ada banyak
keresahan, perdebatan, bahkan pertikaian diakibatkan oleh berita
hoax.
Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu sempat mencuat berita hoax
tentang penculikan anak. Berita penculikan anak tersebut menjadi
viral dan menyebabkan keresahan di masyarakat. Para orang tua menjadi
takut membiarkan anaknya bermain di luar rumah. Paranoid
yang melanda masyarakat membuat mereka mudah curiga terhadap orang
baru yang datang ke kampung atau lingkungannya.
“Lombok
Timur – Isu hoax tentang penculikan anak menimbulkan korban.
Seorang peminta sumbangan untuk pembangunan masjid menjadi
bulan-bulanan warga Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur
(Lotim). Pria yang diketahui bernama Sulaiman asal Kabupaten Sumenep,
Jawa Timur dituduh sebagai pelaku penculik anak oleh warga. Sontak
saja warga melakukan pengeroyokan terhadap korban.” Berita
yang dimuat kicknews.today pada tanggal 27 Maret 2017 menjadi salah
satu bukti dampak buruk dari penyebaran berita hoax.
Melihat
dampak buruk yang ditimbulkan oleh penyebaran berita hoax, penting
bagi masyarakat untuk
lebih teliti dalam menilai sebuah pemberitaan. Beberapa langkah yang
bisa dilakukan agar tidak terjebak pada pusaran berita hoax adalah
sebagai berikut:
Pertama,
kenali situs berita online yang kredibilitasnya teruji. Banyaknya
situs online bisa membuat masyarakat kebingungan, akan tetapi ada
beberapa situs berita yang memang sudah teruji. Akuratnya sebuah
berita bisa dinilai dari eksistensi situs tersebut karena jika situs
tersebut sering menyebarkan hoax, secara otomatis pembacanya akan
berpindah ke situs yang lain.
Kedua,
kenali keberpihakan politik sebuah situs berita. Bukan menjadi
rahasia umum bahwa banyak situs berita di Indonesia yang berpihak
kepada salah seorang politisi ataupun partai politik. Masyarakat
perlu melakukan komparasi terhadap berita-berita yang dimuat dalam
situs yang memiliki keberpihakan politik jika berita yang disampaikan
secara jelas berpihak pada salah satu pihak saja.
Ketiga,
masyaakat tidak boleh terjebak pada judul berita yang heboh dan
menarik. Banyak orang yang membagikan sebuah berita tanpa membaca isi
berita terlebih dahulu melainkan hanya membaca judul beritanya saja.
Hal tersebut akan berdampak fatal karena ada banyak berita yang tidak
memiliki kesesuaian antara isi dengan judul.
Keempat,
jangan tertipu oleh gambar, video, dan meme. Saat ini masyarakat
lebih suka melihat gambar, mlihat meme, dan menonton video
dibandingkan dengan membaca isi berita secara keseluruhan. Gambar
yang terpajang di awal berita seringkali tidak sejalan dengan isi
berita secara keseluruhan. Seringkali juga kita menemukan video yang
terpotong dan hanya menampilkan sesuai kebutuhan pemilik media.
Kelima,
buatlah media pembanding. Masyarakat perlu membandingkan berita di
media yang satu dengan media yang lainnya agar pemahaman masyarakat
terhadap sebuah berita lebih lengkap dan menyeluruh.
Keenam,
mengecek kebenaran berita di lapangan jika itu memungkinkan. Contoh
berita kenaikan harga sembako, masyarakat bisa mengecek langsung
kebenaran berita dengan langsung berbelanja ke pasar. Memang hal ini
terbatas untuk sebagian kecil berita saja.
Masyarakat
tidak bisa membendung arus berita di era digital yang begitu cepat
dan mudah diakses hanya dengan sebuah smartphone.
Masyarakat Indonesia dituntut lebih berhati-hati dan kembali memupuk
budaya literasi media agar dampak buruk berita hoax dapat dihindari.
Melawan hoax di era digital harus dengan kecerdasan agar masyarakat
tidak menjadi korban.
Referensi
https://kicknews.today/2017/03/21/di-lotim-isu-hoax-penculikan-anak-makan-korban-peminta-sumbangan-masjid-dikeroyok/https://en.wikipedia.org/wiki/Hoax
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/25/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-kedua- di-asia
4 komentar
Waaaah, saya kelewat ni DL lomba melawan hoax.
TFS kk Ema, generasi digital memang harus wajib kros cek setiap data yg ingin disharenya yaaaa.
Semoga tulisannya menang.
Aamiin..
ngeri ya
Thanks do'anya bunda..alhamdulillah jadi juara tiga..hehe
ngeri ngeri sedap ..hahaha