Kamis, 07 Mei 2015

Tanpa Lilin



      Entah kenapa akhir-akhir ini aku banyak nulis kalimat aneh di fb. Aku pindahin ke sini aja ya biar teman-teman bisa baca sambil berkunjung ke rumahku ini. Maaf karena aku terlihat jarang di rumah beberapa waktu ini. Sebenarnya aku ada, tapi aku hanya ingin diam..hehe.

Aku masih menatap buih.
Datang..putih..berlalu..
Hey..tak bisakah kau lebih lama memeluk pasir..
Merangkul bebatuan..
Aku suka kau..meski sedetik.
Kau ajarkan aku tentang fana.
Tentang tiada yang menjadi ada.
Lalu tiada kembali.Begitu seterusnya sesuai kehendak yang maha ada.
Dan adamu selalu bicara tentang satu makna kata.
Cinta.
#Tanpalilin



Aku masih di sini menatapmu
Rona jinggamu seolah menetes di setiap lara.
Haruskah aku terus menunggu?.
Sementara panasmu membakar jantungku.
Detik demi detik membunuhku.
#tanpalilin

Kelak aku tak akan meminta banyak hal padamu.Cukup buatkan aku sebuah rumah pohon. Tempatku menunggumu pulang kerja sambil menghitung jejak langkah kaki anak2 kita. Dan ijinkan aku untuk tetap belajar menjadi penulis.
Jika kau telah lelah di luar.
Pulanglah. Tak kan kupaksa kau bercerita. Cukup rebahkan lelahmu di pundakku. Akan kulantunkan untukmu ayat2 cintaNya. Akan kubacakan puisi tentang kita. Akan kudongengkan kisah dari semua buku yang kubaca. Akan kunyanyikan lagu yang kau suka.
Apakah kau akan bahagia?. Hey, aku bertanya padamu.
#tanpalilin

Aku bahagia saat kau bahagia, katamu.
Tapi di detik yang sama kau koyak hatiku.
Memeras darahnya yang mulai membeku.
Untuk apa?. Entah.

Aku hanya mematung memandangmu.
Menangis tanpa air mata.
Lalu tubuhku menggigil menahan rasa itu.
Sakit?. Tak terdefinisi.
Pergilah..
Bawalah hatiku bersamamu.

Bisakah kau hidup tanpa hati?.
Lirih kau berucap di telingaku.
Lantas kusunggingkan selengkung senyum.
Bahkan jika kau membunuhku, aku akan tetap bahagia agar kau bahagia.
Mungkin itu sebenar cinta.
#tanpalilin


ajari aku cra menikam jantung seseorang, tpi orang trsebt tak trsakiti tak membenci....maka aku akan melakukannya..

Aku ajari engkau..
Tikam tepat di pembuluhnya dengan pisau yang tajam. Jangan sampai keliru agar ia tak punya waktu untuk sakit apalagi benci. Dia akan mati di detik yang sama saat kau tarik pisaunya.
Jika kau tak ingin ia mati, tak juga ingin ia sakit maka itu sebenar mimpi yang tak mungkin jadi nyata.
Bahkan hingga engkau yang mati.Itu tak akan pernah terjadi.

Atau jika kau tak berani.
Buang pisaumu karena itu bukti bahwa kau tak bisa tanpanya.
Tak usah berfikir apa2 lagi. Nikmati.

#tanpalilin

Rindu menerbitkan harapan..
Dan setiap jengkal harap akan berlabuh di bening doa yang kurapal disetiap ujung malam.
Abaikan saja, katamu.
Lalu kubuka pintuku perlahan.
Membiarkan rindu itu berlalu.
Bersijingkat pada bulir air mata yang mengambang di udara musim pancaroba.

Menatapnya pergi adalah serupa tragedi.
Tapi rindu itu seolah berlari menembus pekat malam.
Kemana ia?
Dan badai mengintai di ujung jalan lengang itu, aku tau.
Kau jangan mati, rindu.
Aku masih ingin kau mengeja jalan kembali.
Jika esok, titik embun mencipta pelangi di ujung bunga padi.
Kembalilah. Di sini.
#tanpalilin



Rindu..

Kukira bertemu sanggup menghapus jejak rinduku.
Tapi aku keliru, ia semakin bertalu-talu.
Seolah berlomba dengan detak jarum jam di dinding kamarku.
Ia habiskan ruang sadarku.

Rindu. Semakin membara saat kau tepat di hadapku.
Bagamana bisa aku?. Menatapmu lekat seolah membakar jantungku.
Lantas kenapa aku menangis?
Entah..mungkin itu rindu yang purna.
#tanpalilin

Adakah bulir pasir bercerita padamu, tentang getar tanganku setiap menulis namamu.
Takut ia melukis ketiadaan.
Selalu kutatap lekat hingga debur ombak menghapus huruf demi hurufmu.
Selalu begitu, ada kau di setiap pantai yang kutemui.
Kapankah kau akan datang?. Temui mereka. Kau akan dengarkan kisah dari bisikan pasir tentang segenggam gumam yang selalu kurapalkan.
Kelak, aku akan berhenti menulismu di pasir.
Akan kupahat engkau di karang yang membatu di jiwaku.
Karangmu yang kokoh. Tak kan ada ombak yang sanggup menghapusmu di sana.
#tanpalilin

Pernahkah kau begitu merindukan seseorang?
Bukan karena ia telah pergi.
Tapi karena semuanya telah berubah.
Lalu kerinduan itu kau lipat rapi.
Perlahan kau masukkan ke dalam box. Kau kunci ia dengan air mata.
Kau mulai melangkah menyusuri labirin berkelok. Seolah tak berujung.
Kau simpan rindu itu di balik pintu terlarang. Dan melangkah berlalu tanpa menoleh sedikitpun.
#tanpalilin

Kayuh perahumu, cinta.
Menepilah dari pendar merah saga.
Ada hati yang setia menanti di tepi.
Bersama debur harap yang purna, tak jua sirna.
Meski senja telah berganti berbilang purnama.
#tanpalilin

Kau serupa materi tiga dimensi dalam pelajaran matematika.
Membuatku mencari ruang khusus hanya untuk sanggup memahaminya.
Menghitungnya?. Aku bisa lupakan soal apapun di luar sana.
Bagaimana bisa kau serupa bola di dalam kerucut yang ditempatkan dalam kubus berlapis lapis.
Lalu tersembunyi dalam ruang heksagonal. Ahhhh!
Tak bisakah kau menjelma titik hitam di tengah papan putih?.
Terang dan jelas.
Samar terdengar gumam di seberang sana.
Kau jauh lebih kompleks dari senyawa kompleks. Lebih dalam dari samudera.
#tanpalilin

Perasaan ini tak harus menjelma bongkahan natrium saat bertemu partikel air.
Ia lebih kompleks.
Meski senyap, mungkin sesekali ia sanggup serupa tri nitrogen toluena.
Membunuhmu dalam sekejap.
Diam saja. Kau hanya butuh memahami dan menikmatinya.
#tanpalilin

Sendiri.
Benarkah kau masih sendiri?
Kudengar, ada nama yang terperangkap di rongga sajadahmu.
Kau sapa di setiap ujung malam bersama bening yang tak pernah sanggup kau tahan.

Menunggu.
Kau telah berkarib dengan hening.
Bersidekap pada keutuhan yakin bahwa ia akan hadir di suatu masa yang entah bilamana datangnya.
Siapakah dia?. Dimana tempatnya?.
#tanpalilin


Bersandar.
Karena kita butuh jeda untuk satu tarikan nafas.
Sebelum semua kembali menggumpal penuhi setiap rongga kesadaran.
Biarlah. Ia terdampar di negeri entah.
Kadang kita hanya butuh terduduk meminang awan dalam gelak yang tak tertahan.
#tanpalilin

Lara itu telah enggan menjelma rerumputan.
Ia meninggi serupa pohon berdaun rimbun.
Menutupi seluruh pekarangan hati
Daun-daun jatuh di luar jendela.
Dan sunyi kembali bernyanyi tentang tiada.

Detik menjelma hari seolah berlari.
Kini yang terlihat hanya hutan duka yang tak terjamah.
Aku masih terkurung di sana.
Menatap ruang tamu yang berjelaga.

Aku ingin pergi.
Menyeret kakiku yang patah inci demi inci.
Aku mendengar deru kereta nun di sana.
Bisakah aku mengejarnya?.
#tanpalilin

Kau bagi cintamu, aku tau.
Dia, dia, dan dia lagi. Banyak sekali dia yang tak bernama.
Ada banyak wajah di jantungmu.
Kau bawa semuanya dalam diammu.
Pergi. Entah siapa yang kau tuju esok hari.
Dan malam mulai bicara dalam misteri kelamnya.
Lalu, masihkah aku harus menunggu?.
#Tanpalilin

Aku menemuimu lagi, senjaku
Membawa sekuntum rindu yang mulai layu.
Haruskah kupasrahkan ia ke pelukan samudera bersamamu?.
Aku meragu. Tertegun membatu menatapmu.
#Tanpalilin

Ungu
Kasih ungu
Merindu
Di ruang rindu
Bisu
Di kedalaman kalbu
Aku
Kamu
Menyatu dalam beku
Kaku
Berpadu dalam lagu
Ahh...aku mengigau.
#tanpalilin