Pulau batu, panas, kerontang.
Rumput, pohon, dedaunan, hanya terlihat di seberang.
Hidupmu, telah kau pasrahkan pada lautan.
Pada tarian gelombang dan amuk samudera dalam pekat malam.
Bersama selang kompresor, kau berjuang.
Mati, petaka yang terjaga memelukmu erat
Bersama setiap kerat rasa takut yang kau kremasi dalam pekat.
Laut seringkali tak bersahabat
Membuatmu tercekat, menghirup nafas-nafas kehidupan beraroma kematian.
Kau lumpuh.
Darahmu menggumpal, tubuhmu lepuh.
Hidup seolah tak punya pilihan
Seperti dunia hanya suguhkan satu jalan.
Menyelam, dalam kelam lautan Pulau Bungin.
Cintailah samuderamu.
Itu hidupmu.
Itu matimu.
Relakan, jika itu kuburmu.