Senin, 29 September 2014

Di langit

i love it
Hey....apa kabar hatimu?...Lelahkah?...Apakah kita sedang butuh jeda?..Lantas menikmati setiap hening. Membeku. Tapi aku tau dalam kebekuan itu kita akan mencipta pelangi yang indah. Seperti pendar warna warni di puncak Ararat. Pelangi yang tak mengenal musim.
Sukakah engkau?.

Bagaimana jika aku pergi?. Bagaimana jika menghilang?. Tanyaku padamu disuatu ketika. Kau tak bisa menjawab. Kau hanya hadirkan diammu. Meninggalkanku tanpa suara. Meninggalkanku tanpa kata. Lantas keesokan harinya kau bilang bahwa kau merasa sangat jahat. Bahkan untuk sekedar menyapaku saja engkau malu.
Bagaimana jika aku hanya bisa diam?. Lantas kau katakan bahwa kau akan menyapaku..Dan jika kau tak berhasil membuatku berkata kata, maka kau akan menikmati diamku.
Benarkah?. Bisakah engkau?.
Aku dan kau yakin bahwa tak ada yang kebetulan. Semua telah tertulis di langit sana. Bahkan setiap daun yang jatuh, selalu atas seijin sang penguasa langit.
Lantas bisakah kita mengatakan bahwa pertemuan kita adalah kebetulan?..
Hey....hari itu bukan pertama kali kita bertemu. Kita telah sering bertemu sebelumnya. Kita bertemu di langit. Maka mudah saja bagiNya mempertemukan kita di bumi. Tapi....apakah kita akan selamanya bisa bertemu?..Membaca puisi yang kita suka. Menyanyikan lagu yang kita gilai. Atau...hanya sekedar saling menanyakan kabar?. Bagaimana tidurmu semalam?. Nyenyakkah?. Atau kita akan tertawa mengingat limbo yang tak kunjung menjebak kita. Tentang kereta yang ingin kita kejar besama. Tentang kematian yang bisa membawa kita terbangun.
Dan....di titik ini aku merasa sebijak Fatima. Saat ia harus menatap sang Al-chemist pergi. Menatap dengan mata tanpa air mata. Bukan karena tanpa kesedihan. Tapi karena kepercayaannya pada langit. Pada semua yang bercerita lewat udara malam. Pada semua yang bersuara pada cahaya rembulan dan sinar bintang. Pada semua yang tak mampu terbaca oleh kuasa manusia. Membiarkan pergi untuk sebuah kebahagiaan adalah cara terbaik untuk mengikat hati. Ya...mengikatnya dalam sebuah pita indah bernama kepercayaan. Karena kepercayaan ia datang. Karena kepercayaan ia pergi. Dan karena kepercayaan yang sama dia akan mampu mengeja jalan kembali.
#Aku melihatmu melangkah pergi,,,bersamanya...malam itu...Tanpa lilin.