Jumat, 21 Juni 2013

Prestasi???...



 "Menjadi berprestasi itu bukan kewajiban, tapi kebutuhan layaknya setiap orang selalu butuh makan". Kata ayahku suatu ketika.










Teman...kali ini aku ingin menulis tentang prestasi..Ya,,,semua orang ingin berprestasi. Semua orang tua ingin bahkan memaksa anaknya untuk berprestasi. Bahkan ada orang tua yang marah2 hanya karena anaknya tidak rangking 1 di kelas..banyak anak yang tertekan..sejak SD sampai seterusnya.

Rangking di sekolah atau IP di kampus seolah-olah menjadi sebuah prestise dalam masyarakat. Seorang anak akan lebih di sayang kalau rangking satu. Atau, seorang pemuda lebih dihargai kalau IPx tinggi. Lantas apakah dalam kenyataannya rangking dan IP selalu berkorelasi positif dengan kesuksesan seseorang?. Tidak bisa di jawab mutlak "ya" dan tidak juga absolut "tidak".

Kita semua pasti familiar dengan nama-nama Albert Einstein si jenius fisika penggagas teori relativitas, Wilbur dan Orville Wright bersaudara sang penemu pesawat, Thomas Alva Edison si penemu lampu, dan Isaac Newton yang terkenal sebagai penemu hukum gravitasi yang terinspirasi dari apel yang jatuh dari pohonnya. Tapi tahukah teman... bahwa penemu-penemu di atas mempunyai masa kecil dan hidup yang “unik” dan penuh misteri ?

Wilbur dan Orville Wight bersaudara hanya berpendidikan sampai SMA, mereka berasal dari keluarga miskin dan Orville yang pernah di keluarkan dari sekolah. Thomas Alva Edison yang pernah dikatain bodoh oleh gurunya dan dikeluarkan dari sekolah (padahal ia baru 3 bulan sekolah) dan pada umur 12 tahun ia menjadi setengah tuli . Masa kecil Isaac Newton yang tak kalah menyedihkannya. Tiga bulan sebelum kelahiran Newton, ayahnya meninggal dan setelah Newton berumur tiga tahun, ia dititip ke neneknya. Di umur 12 tahun ia disekolahkan, tetapi disekolah ia sering diejek teman-temannya karena dia bodoh, pendiam, dan mudah tersinggung. Tetapi karena itulah ia bertekad untuk menunjukkan bahwa dirinya bisa.

Jadi variabel prestasi itu sebenarnya apa?...Rangking?..IP?...atau karya nyata yang bisa di akui dan dinikmati banyak orang?.

Teman...kali ini aku ingin bercerita tentang kisahku waktu ikut pemilihan mahasiswa berprestasi di kampus FKIP tercinta,,,he,,gombal.
Waktu itu, semua teman kelasku tidak ada yang mau ikut. Gak PD-lah, ngerasa gak punya prestasilah (padahal IPx tertinggi di kelas).Hmmm..
Akhirnya, tanpa mikir banyak aku pergi ke bagian kemahasiswaan. Aku mendaftarkan diri untuk ikut pemilihan mahasiswa berprestasi. Ahhhh....teman-temanku kaget.."emang IP kamu berapa?" celoteh temanku. "Cuma 3,17".jawabku cuek. dalam hati aku menggerutu "buktikan donk IP-mu yang tinggi itu, daftar sana!".
"Emang apa sih syaratnya?". Dia penasaran.
"Gampang koq, cuma 4 syaratnya". Jawabku singkat
"Apa..apa...mau donk saya ikut".
"Cukup IP di atas 3,00. Menyerakan karya tulis, aktif dalam organisasi kampus dan kegiatan2 seperti acara2 lokal maupun nasional. Dan terakhir bisa bahasa inggris karena ada tes tulis dan waktu presentasi karya tulis itu kita pake bahasa inggris".
"Ohhh..itu ya. Hmmm,,,aku kan gak aktif di organisasi, g bisa bahasa inggris juga. Hmm,,bikin karya tulis juga susah". Kemudia dia berlalu.
Dalam hatiku katakan "dasar pemburu IP".
Kepada orang-orang seperti itu kukatakan "Gali lubang kubur kalian dan tunggulah kematian. bagaimana bisa kalian dari kecil cari nilai setelah itu gila2an ingin jadi PNS, di gaji dengan uang negara. Pensiun tetap jadi beban negara". Sungguh terlalu..:)

Hingga akhir pendaftaran, hanya ada 10 dari ribuan mahasiswa FKIP yang berani mendaftar. Dan "wow",,,IP mereka gilaaa...3,98...3,89..yah..berkisar angka itu. Hmmm..dan dengan PDx namaku bertengger hanya dengan IP 3,17..coba bisa dibalik jadi 3,71.haha...
Teman-temanku bilang "gila ma,,mundur aja". Tapi aku biasa saja, tidak terlalu terpengaruh.
Dan aku membuat karya tulis tentang Bandar udara Internasional Lombok, tulisan anak IPS seharusnya. Ketika presentasi karya tulis, salah satu dosen IPS berkata "hampir-hampir saya tidak percaya kalau kamu anak kimia". Dan aku hanya tersenyum menjawabnya.

Semua tes dan seleksi telah dilalui. Aku tidak terlalu berharap menjadi juara. Aku bisa ikut dan ketemu orang-orang pintar di kampusku sudah cukup. Aku sudah berani ikut saja sudah menjadi kebahagiaan terendiri bagiku. Dan aku kaget ketika salah seorang temanku telp "ema, kau sudah lihat pengumuman?".
"Blm, kenapa?".
"He, aku gak percaya lho kamu bisa jadi juara 2 mawapres".
Aku terdiam. buru-buru ke kampus. Dan,,,benar aku juara 2. Tak bisa kupercaya, yang juara satu IPx 3,98 dan yang jadi juara 2 IPx cuma 3,17. Aku kalah dipenilaian IP. Dan itu bisa kuteria dengan senyum.

Jadi prestasi itu bukan dinilai dari satu aspek saja. Ada banyak hal yang harus dilihat. Sesekali tengoklah kehebatan anna avante yang menjadi designer kebaya internasional padahal dia cuma tamat SMP. Dan satu yang paling penting, jadilah dirimu sendiri, berprestasilah dengan caramu karena kita yang paling tau kemampuan dan dream kita. Bukan orang lain.

#berprestasilah karena dirimu, apapun yang orang lain katakan yakinlah bahwa kita tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang. Sooo...hidupmu,prestasimu...itu dirimu,bukan orang lain.